Teruntuk Siapa Saja yang pernah Menodai Ibu Pertiwi



Tulisan ini juga di muat di Kompasiana.com

       Entah lah siapa yang membawa saya berselancar  ke situs youtube , dibawah suhu yang sangat dingin jauh dari bumi pertiwi, saya tergerak  mencari informasi tentang bencana yang yang melanda Bumi pertiwi,dan tanpa sengaja saya dipertemukan rekaman salah satunya bencana dahsyat yang terjadi 26 Desember 2004 silam, yakniTsunami yang meluluh lantakan Serambi mekkah itu,

Tidak ada satupun yang mengira, dan tidak ada satupun meyangka akan datang bencana dahsyat itu, hanya butuh Seper sekian Detik Tsunami “utusan tuhan” itu selesai melaksanakan tugasnya menyapu bersih Serambi Mekkah, Dunia terkejut dan aktifitas rakyat Indonesia terhenti sejenak,Bendera Merah Putih pun tak luput dari kesedihannya ketika itu berkibar hanya setengah hati seolah-olah ia tak sanggup melihat Ibu  pertiwi ini terluka , dan tak ketinggalan ketika itu  Presiden SBY mengumumkan Tsunami Aceh sebagai bencana Nasional.  Kumpulan orang yang mengatas namakan  memperjuangkan kemerdekaan Aceh dan orang yang katanya mewakili rakyat Indonesia ketika itu pun ikut terhenti , dalam perang  saudara demi keegoisan semata , terdiam  sejenak dengan hempasan tangan tuhan ini.
Kejadian itu Terekam dari sebuah puisi Indah :
Ketika itu.. Hari itu pagi kelabu
Langit biru mematung lugu
Tiada hujan yang meluruh
Tiada angin yang menderu
Tapi nanggroe ini hancur lebur
Goncangan bumi luapkan samudra
Melumat daratan
Entah apa yang terjadi
Tak seorangpun bisa pahami
Seketika saja semuanya tercerai berai
Saat air hitam menghantam kehidupan
Tiada lagi sanak saudara
Biarkan saja mereka sendiri
Karena pelukan erat tak lagi berarti
Pisahkan anak dari orang tua
Suami dari istri
Kekasih dari yang di kasihi
Sementara awan kesedihan menggelayut manja
Menggantung pilu
Payungi bumi yang kini berduka
Ku tatap wajah ceria
Tiada ayahku
Ku tatap bibir tersenyum
Tiada ibuku
Ayah dimana kau kini
Ibu mana kau berada
Di saat-saat begini
Hatiku rindu
Ku ingin seperti mereka
Penuh ceria
Kini tinggal ku sendiri
Hanya berteman bayangmu
Tanpa kuduga
Dan sedikitpun tak kusangka
Semuanya mengalir tanpa terkira
Tiba-tiba saja aku kehilangan segalanya
Tinggal sendiri disini
Saat itu ku hanya bisa termangu
Di temani ratapan pilu
Di manakah kini
Ayah
Ibu
Kemana hendak kucari
Ayah ibuku tlah pergi
Bersama ombak badai tsunami
Ya Allah tabahkan hambaMu
Menangispun tiada arti
Semua takdir Ilahi
Oh ayah ibu yang aku cinta
Damailah engkau di sana
Diriku kan selalu merindukanmu
Oh ayah
Oh ibu
Doaku kan selalu menyertaimu
Oh aya oh ibu
Ingin ku peluk dirimu untuk terakhir
Kan ku ucapkan padamu
Kau pahlawanku
Takperlu kusesali
Semua takdir Ilahi
Kemana hendak kucari
Ayah ibuku tlah pergi
Bersama ombak badai tsunami
Ya Allah tabahkan hambaMu
Menangispun tiada arti
Semua takdir Ilahi
Oh ayah ibu yang aku cinta
Damailah engkau di sana
Diriku kan selalu merindukanmu
Oh ayah
Oh ibu
Doaku kan selalu menyertaimu
Oh aya oh ibu
Ingin ku peluk dirimu untuk terakhir
Kan ku ucapkan padamu
Kau pahlawanku
Entahlah
Kini kucoba untuk menerima segala suratan yang telah tercipta
Biarlah semuanya pergi dengan tenang
Kan kukirimkan untaian doa berbunga fatihah untukmu
Selamat jalan ayah, ibu
Semoga bertemu di akhirat sana.
By : Puis indah karya Hery Gusnadi . (situs Youtube)
<iframe width="420" height="315" src="//www.youtube.com/embed/yohGXJgFy7Y" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Saya tidak ingin membawa Kompasianer kepada bencana –bencana lainnya yang terjadi Di Indonesia, namun mari kita lihat saja satu bencana dahsyat ini,  apa yang terjadi sebenarnya dengan bumi pertiwi ini. Tidak kah para “tikus –tikus berdasi” atau siapa sajalah yang pernah menodai ibu pertiwi ini  tergetar hatinya dengan hempasan tangan tuhan  ? Masihkah mereka merasa hebat mempunyai banyak harta yang melimpah, hanya dengan satu hempasan tangan tuhan  membuat harta tiada artinya, Masihkan mereka membanggakan kecantikannya dengan barang-barang mewah berharga mahal hilang dalam hitungan detik . mereka yang sombong dengan kecantikkanya hanya dalam sepersekian detik menjadi bangkai tanpa arti tanpa teman,hanya amal yang setia menemani atau masihkah mereka yang sok Pahlawan sudah berbuat namun “Selingkuh” dibalik Kepahlawanannya?

Saya mencoba membawa diri saya berada pada kejadian itu,ketika itu Orang – orang berlari  seperti tak berakal, teman, anak, ayah, ibu, berpisah, memikirkan diri masing-masing, dan tak ketinggalan benda yang bernamakan harta itu  yang katanya berharga sangat mahal,hanya terbujur kaku di atas perut bumi tanpa ada yang mempedulikannya. Saya mencari jawaban atas semua itu, apa yang salah,apa yang terjadi, kenapa tuhan Begitu murka? Jawaban itu dijawab tunai oleh Tuhan “telah terjadi kerusakan didarat dan dilaut itu karena ulah manusia itu sendiri “4:79] Apa saja ni′mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.
Saya terdiam, terpaku dan terasa air mata jatuh menyentuh tangan yang sudah mulai sombong dengan tingkahnya. Apa yang salah dengan bumi pertiwi ini kawan? Apakah kita terlalu sombong yang melebihi kesombongan seorang Fir’aun? Apakah kita merasa gagah dan cantik melebihi Yusuf dan Fatimah?atau kita terlalu kaya melebihi kekayaan Sulaiman? Mungkin terlalu membangkan diri melebihi karun?Nauzubillahiminzaliik.
<iframe width="420" height="315" src="//www.youtube.com/embed/U8s4aIA5GGE" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

“Saya marah pada diri saya sendiri, saya meronta pada diri saya sendiri, tidakkah ini menjadi palajaran saya,atau  buat orang yang mengatas namakan koruptor atau siapa sajalah yang pernah menodai ibu pertiwi ini?.”

Wahai engkau yang menamakan diri Koruptor atau siapa sajalah yang pernah melukai ibu pertiwi tidakkah kita  sadar ibu pertiwi ini terlalu suci untuk kita  nodai dengan tindakan bejatmu, tidakkah kita sadar, nenek moyang kita  memperjuangkan bumi pertiwi ini dengan darah mereka, nyawa, harta,  yang tak akan mampu kita  balas dengan teriakan-teriakan sok membela , Penjilat  dan mempertontonkan keserakahan.

Wahai engkau  engkau yang mengatas namakan Koruptor atau siapa sajalah yang pernah menodai ibu pertiwi . Tidak kah kita sadar ibu  pertiwi tercinta ini sedang meronta-ronta meratapi nasib anak-anaknya yang hari demi hari terlantar tidak bisa menikmati kekayaannya. Gas yang katanya ada disini , dijual dengan harga tinggiyang katanya untuk kesejahteraan anak-anak ibu pertiwi ini, Tidak sadarkah mereka itu melukai hati ibu pertiwi .

Wahai Engkau yang mengatas namakan Koruptor atau siapa sajalah yang pernah menodai ibu pertiwi. Tidakkah kita sadar ibu pertiwi sedang menangis meronta ,melihat anak kandungnya sendiri tega melukai dirinya dan saudara-saudaranya dengan mengambil bagian bagian saudara-saudaranya dengan berbagai cara, Yang katanya Untuk menyelamatkan Bank GAGAL itu, yang katanya untuk Fasilitas OLAH RAGA itu, yang katanya untuk Kesejahteraan saudaranya?. Entahlah Kawan, Kita sudah Terlalu Buta.
Mungkin itu sebabnya kawan Kenapa tuhan marah, mungkin itu sebabnya kawan, tuhan menampar kita dengan tangannya

0 Komentar

Brand creation, trend analysis & style consulting

Memiliki ketertarikan penelitian pada Operations Management, Integrated Marketing Communications, Strategic Management, Philanthropy, Social Entrepreneurship and Neuromarketing