Memilih CALEG "ada uang, SAYA COBLOS"

Siapa Pilihanmu ?
Fhoto/ilustrasi: palingaktual.com


            Pesta rakyat atau pilihan rakyat itulah tajuk yang dicanangkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang selalu dilaksanakan 5 tahun satu kali , hal ini sudah berlangsung secara demokratis dan terbuka pertama dilaksanakan pada tahun 1955, terhitung sampai saat ini sudah dilaksanakan 10 kali : 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009, dan sebentar lagi akan dilaksanakan kembali pada 9 April 2014 ini untuk pemilihan anggota legislatif. Semarak pemilihan anggota legislatif ini juga terasa sampai ketempat saya sedang berada saat ini, saya mencoba mencari informasi caleg dapil luar negeri yang mempunyai visi dan misi untuk memajukan bangsa Indonesia dengan  menyediakan waktu satu hari penuh untuk menelusuri profil mereka masing-masing. Saya tidak ingin menjadi bagian dari seorang asal coblos saja.

            Setiap pemilihan umum yang akan dilaksanakan ini, semua para peserta atau calon anggota legislatif berlomba-lomba memperkenalkan diri kepada masyarakat, yang tadinya tidak pernah menyapa masyarakat tiba-tiba ramah, bahkan terkadang menyempatkan waktu untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah masyarakat, kalau di kampung saya yang tadinya tidak pernah datang di acara nikahan dan sejenisnya tanpa di undangpun mereka dengan senang hati untuk datang. Saya membayangkan, jika ini terus dilakukan  bukan hanya disaat pemilihan umum , betapa yang dicita-citakan oleh bung Karno dan pendiri Indonesia lainnya salah satunya sudah tercapai.  Namun sayangnya ini tradisi hanya berlaku pada saat pemiliha umum saja, dan hanya sebagian nantinya yang akan bertahan untuk terus bersilaturahmi dengan masyarakat, yang menang terkadang bangga dengan mobil barunya dan lupa dengan masyarakat yang memilihnya, lupa dengan visi dan misinya,  dan terkadang yang terlena dengan kekalahannya dan tidak peduli dengan masyarakat, dengan alasan, “toh mereka tidak memilih saya”.jika hal ini terjadi siapa yang harus kita salahkan?, para Calon legislatif tersebut? Atau kita sendiri?.

            Saya menebak, kebanyakan masyarakat akan  menyalahkan Caleg atau anggota legislatif tersebut, sudah dipilih kok lupa dengan masyarakat dan tidak menjalankan visi dan misinya. Memang jika kita melihat dari UU Nomor 27  tahun 2009 dengan tugas, pokok, dan fungsinya , mereka wajib menjalankan tugas mereka sesuai dengan amanat Undang-Undang. namun jika kita melihat dari “cara masyarakat tawar-menawar” dengan calon legislatif tersebut, tak sepantas lah kita menuntut hak kita jika mereka terpilih nantinya.

            Cara Masyarakat Tawar-menawar dengan calon Legislatif “ada uang,saya Coblos”

            Salah satu orang berpengaruh dunia, atau orang hitam pertama yang terpilih menjadi presiden di Negara adidaya Barack Husein Obama mengatakan” Masyarakat adalah tombak utama maju tidaknya suatu Negara”. Pernyataan obama yang disampaikan didepan jutaan rakyat Amerika waktu pemilhan presiden tersebut langsung menjadi perhatian dunia, dan mendapat dukungan yang luar biasa dari rakyat Amerika yang membuatnya ia terpilih menjadi presiden ketika itu, pesan Obama jelas jika masyarakat salah dalam memilih pemimpin mereka, atau wakil mereka   maka jangan pernah kita berharap kemajuan disuatu Negara tersebut, ia menganggap bahwa masyarakat itu lah yang menentukan nasib bangsanya  dengan memilih pemimpin yang tepat. Dan nantinya bersama-sama untuk membangun bangsa.

            Di Indonesia saat ini, fenomena memilih pemimpin yang tepat atau wakil rakyat (legislatif) tidak terlalu penting bagi sebagian masyarakat, hal ini dikarenakan mereka mempunyai cara sendiri dalam memlilih wakil rakyat mereka, yakni dengan “tawar-menawar” ala mereka, salah satu contohnya, masyarakat tidak malu lagi meminta uang, sembako, kepada calon legislatif tersebut jika ingin dipilih nantinya, begitu sebaliknya, calon wakil rakyat tidak malu lagi memberikan uang ,sembako, dll,  kepada masyarakat untuk memilih mereka, disinilah terjadi  “tawar-menawar” ala sebagian masyarakat Indonesia.

            Sebagai salah satu contohnya, pada saat saya masih menjadi seorang Wartawan dan ditugaskan untuk mencari Berita dari para Anggota legislatif, saya menemukan (mendengar) hal yang saya rasa unik, dan sebagai pendidikan politik untuk saya dan kita sebagai pemilih ini, ketika sedang ada demo yang dilakukan oleh mahasiswa dan gabungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) , mereka berteriak menuntut untuk bertemu dengan para anggota legislatif, sebagai seorang wartawan tentu ini adalah sebuah hal yang harus saya abadikan, dengan desakan para mahasiswa dan LSM tersebut untuk bertemu dengan anggota DPR, tidak ada satupun anggota DPR ingin bertemu dengan mereka, padahal ada sebagian anggota DPR  sedang santai dan asyik dengan telepon genggamnya, karena desakan mahasiswa ini salah satu polisi yang memang bertugas untuk menjaga ketertiban demo tersebut menanyakan kesediaan salah satu anggota DPR ini untuk bertemu dengan dengan mahasiswa, jawaban yang sangat mengagetkan dari anggota Legislatif ini adalah, “saya tidak ada waktu, dan malas untuk bertemu mereka”. Polisi tersebut pun bersikeras, ini bahaya pak nanti anarkis, sebagai wakil rakyat bapak wajib mendengarkan aspirasi rakyat tersebut,  namun jawaban yang paling mengagetkan adalah” saya bayar orang untuk memilih saya, jadi apapun yang ingin saya lakukan, ya terserah saya”, polisi tersebut balik kanan, dan membubarkan aksi demo tersebut.

            Menyedihkan bukan?. Apa yang harus dilakukan?. Secara hukum jual beli tentulah ini sah-sah saja, karena mereka sudah membayar  suara para pemilihnya, jadi jika mereka terpilih nantinya, tidak ada masalah buat mereka, dan mempunyai beribu alasan untuk tidak memenuhi kewajiban mereka, masyarakatpun jika ingin menuntut hak mereka, lalu diberika jawaban seperti itu, apa yang harus kita katakan?  Karena memang salahnya ada PADA DIRI KITA SENDIRI.

             Begitu sebaliknya, jika memang anggota legislatif yang kita pilih tanpa ada tawar menawar uang, sembako, dll,  merekapun akan malu jika tidak melaksanakan tugas  mereka, mereka akan berjuang mati-matian untuk membela hak dari semua masyarakat bukan hak politik dari partai saja, nah ini lah politik yang seharusnya, selama ini berjalan dan dilakukan yakinlah sangatlah mudah untuk mencari sebuah Kesejahteraan sesuai amanat UUD 1945.
           
Kita lah Sang penentu

            Terakhir, seperti yang disampaikan Obama, kitalah tombak penentu memilih pemimpin yang baik yang mampu untuk mewujudkan cita-cita kita. Jika salah memilih dan kita menjual suara kita maka bersiap saja untuk menikmati hasil yang memang sudah kita jual kepada orang yang salah, jangan lah menuntut, karena memang itu salah dari kita sendiri, begitu juga sebaliknya, para calon-calon  legislatif yang saat ini sedang mempromosikan diri, anda jangalan menawarkan diri dengan uang, sembako, dll, berikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat, jika pun ada masyarakat yang meminta jauhkanlah mereka dari hal tersebut, anda adalah wakil rakyat sudah sepantasnya/ layaknya anda untuk menyadarkan mereka, jika tak mampu, berarti anda belum layak menjadi wakil rakyat, karena sesungguhnya menjadi wakil rakyat adalah orang-orang yang terpilih, memempunyai kelebihan yang bisa menjadi tumpuan masyarakat, jika sama saja untuk apa,semua orang pun bisa seperti itu,
           
            Russia. 03 April  2014





            Emaridial Ulza

0 Komentar

Brand creation, trend analysis & style consulting

Memiliki ketertarikan penelitian pada Operations Management, Integrated Marketing Communications, Strategic Management, Philanthropy, Social Entrepreneurship and Neuromarketing