Ayolah, kreatif Pemuda -Indonesia- (yang bersumpah)

Ayolah, kreatif  Pemuda -Indonesia- (yang bersumpah)

            Assalamualaikum,  Selamat hari Selasa semuanya,,  saya akhir-akhir ini entah kenapa sedang semangat-semangatnya untuk menulis,  pengaruh Cuaca yang dingin mungkin kali ya, karena kalau libur biasanya senang  mengurung diri dikamar dan membaca buku,  bermain music, dll, karena lagi semangat-semangatnya, maka mari kita mulai tulisan saya di hari minggu ini, Bismillah.

            Karena sebentar lagi bertepatan hari sumpah pemuda, saya ingin menuliskan sesuatu tentang kreatif, tidak bisa dipungkiri kreatif  di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan orang-orang Eropa, bukan hanya Indonesia, bahkan Asia.

Apa itu kreatif?, dari beberapa sumber , dapat saya simpulkan kreatif adalah kemampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda. Kreativitas menghasilkan perbedaan dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka.

            Sejak zaman kuno, di benak para ilmuan dan para pemikir dalam ilmu filsafat selalu bertanya “ Bagaimana bisa berpikir Kreatif?”. Heraclitus, Demokritus, Plato pada waktu itu mendorong tentang ide untuk berpikir kreatif, Puncaknya Alfred North Whithead mencetuskan lebih dalam  makna, tindakan, dalam kreatifitas ini, ia mengatakan, untuk menunjukkan suatu daya di dalam semesta yang memungkinkan hadirnya entitas actual yang baru berdasarkan entitas actual-entitas actual lain. kreatifitas dalam prinsip kebaruan, dalam proses menjadi kreatifitas mutlak ada. Dialam semesta, entias actual melakukan dua macam proses yang terjadi dalam kompleksitas yang tinggi. Proses sujektifitas dan proses objektifitas. Pada proses subjektifitas entitas actual berbaur dang saling berbenturan dalam melahirkan entitas aktual yang baru. Pada proses ini, kreativitas menjadi daya pembaru.Kreativitas mengungkapkan realitas keberagaman yang ada di alam semesta ini. Melalui proses subjektivikasi dan objektivikasi kreativitas mutlak diperlukan karena setiap entitas aktual selalu berada dalam proses menajadi. Ketika entitas aktual berada dalam proses menjadi, ia akan berada pada "hakikatnya" yang baru. "Hakikat" yang baru inilah yang merupakan partisipasi kreativitas.

            Dalam beberapa dekade itulah kreatifitas atau berpikir kreatif benar-benar menjadi hal yang sangat penting harus dilakukan pada diri kita. Bahkan dalam sebuah penelitian mengatakan bahwa orang-orang yang berpikir kreatif akan bertahan hidup lebih lama dibandingkan orang yang tidak berpikir kreatif. 

            Di Indonesia kita melihat sudah mulai tumbuh semangat untuk berpikir kreatif, dalam pemerintahan adanya kegiatas  “senang berolah raga”  yang dicetuskan dibeberapa kota di Indonesia, dalam institusi keamanan POLRI melalui polisi lalu lintasnya, supaya lebih dekat kepada masyarakat dan membuat masyarakat mematuhi peraturan lalu lintas dengan para Polisi lalu Lintas ini  berjoget ria sambil diringi music dan tetap pada tugas untuk mengatur lalu lintas.,dan pemuda Indonesia yang menciptakan cara unik dalam membantu pemerintah dalam menjaga lingkungan sekitar.    
 
            Namun, dari segi edukasi atau pola pikir  kreatif, Asia  khususnya Indonesia kita masih lemah dalam hal ini. Salah satu buku yang menarik  dari Prof. Ng.Aik Kwang “What Asians are less Creative than westerners”mengupas tuntas hal ini. Beliau mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

1.      Bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya kita, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (Rumah, mobil, uang dan  lain-lain), Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya , bidang kreatifitas  kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap  bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki kekayaan banyak.

Di Indonesia orang-orang masih berlomba untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil, orang-orang Indonesia masih menganggap pekerjaan menjadi PNS adalah hal yang bisa menjamin kita nantinya, apalagi dikampung halaman saya  .( masuk link,, ),  tidak ada yang salah untuk mengabdikan diri di pemerintah, namun saya selalu mengatakan bahwa, perbaikilah sistemnya dan cara kerja PNS tersebut supaya bisa tumbuh kreatifitas –kreatifitas .

2.      Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih  dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut. Tidak  heran bila lebih  banyak orang yang menyukai sinetron atau film yang bertema miskin dan kekayaan mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau pertemuan sikaya dan simiskin.

3.       Bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban”bukan pada pengertian, Ujian nasional, tes masuk perguruan tinggi yang bersifat hapalan. Sampai pada tingkat Sarjana mahasiswa diharuskan  hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus tersebut.murid-murid disekolah Asia diberikan  sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “jack of all trades, but master of none” ( tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun). Karena berbasis hapalan, banyak pelajar Asia bisa menjadi juara Olympiade Fisika dan matematika, tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah Internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreatifitas.

4.      Orang Asia takut salah dan takut kalah. Akibatnya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang di hargai.

5.      Bagi kebanyakan orang Asial bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat temoat dalam proses pendidikan di sekolah, karena takut dianggap salah dan di anggap bodoh, sering sekali  di sekolah, seminar, workshop, peserta jarang mau bertanya, tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru/nara sumber untuk minta penjelasan tambahan.

Dari semua pemaparan Prof.Ng aik Kwang dalam bukunya, Indonesia masuk dari semua kategori yang disampaikan oleh beliau. Bagaimana kita menyikapi hal  yang sudah terbiasa dilakukan oleh Orang Indonesia?” siapa yang harus memulai? Siapa yang harus melakukan? Maka tidak lain dan tidak bukan adalah para pemuda Indonesia, kita harus mampu menjadi  “agent of change” yang sebenarnya, tidak ada waktu lagi untuk berpangku tangan tanpa turun tangan , tidak ada waktu lagi untuk menyalahkan tanpa membenarkan, tidak ada waktu lagi untuk mengkritik tanpa memberikan solusi, pemuda adalah harapan bangsa pemudi adalah harapan saya ..hehe, mari bersama semangat sumpah kita membangun kreatifitas pemuda Indonesia. Selamat hari sumpah Pemuda .  Ibu pertiwi menagih Sumpah Kita..




Salam dari Russia..

Emaridial ulza.

keterangan :


0 Komentar

Brand creation, trend analysis & style consulting

Memiliki ketertarikan penelitian pada Operations Management, Integrated Marketing Communications, Strategic Management, Philanthropy, Social Entrepreneurship and Neuromarketing